asal-asalan nulis

selamat datang para temen2 trima kasih telah sudi membuka blog aku semoga aku tambah lebih teliti dan smoga tidak menjadikan bloger yang menyimpang dari agama maupun hukum2 yang berlaku.....hehehehehehehe asal nulis aja.

Minggu, 01 Mei 2011

KOMPAS.com - Selasa (4/1) siang, Sukamto (30) terlihat sibuk memetik cabai-cabai merah yang mulai matang. Sudah sebulan ini ia mengurus lahan seluas 1 hektar yang disewa juragannya, Sumardi Margam Basuki, di Karangrejo, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah.

Meski belum menikmati langsung hasilnya, Sukamto sudah bermimpi akan kecipratan bonus, menyusul kabar adanya kenaikan harga cabai. Sebelumnya ia menanam melon. Dan, saat hasilnya bagus, ia mendapat bonus Rp 1,5 juta. Adapun untuk mengurus lahan cabai, ia mendapat upah Rp 50.000 per hari.

”Kalau begini, petani ikut menikmati kenaikan harga cabai. Kebetulan hasil kami cukup bagus, tidak rusak, karena kondisi tanah di sini cepat kering jika kena hujan,” kata Sukamto.

Sumardi Margam Basuki (55), sang juragan, baru sekali ini bertanam cabai. Dua musim sebelumnya, ia bertanam melon. Namun, pada panen kedua, hasilnya kurang baik sehingga ia beralih menanam cabai.

Pilihan waktunya ternyata tepat. Pas panen, harga cabai di pasaran melambung. Meski baru sebulan menanam dan mulai memetik hasil dari bertanam cabai, modal usaha Rp 45 juta sudah kembali, bahkan beroleh keuntungan. ”Kalau harga bagus terus, petani dapat menikmati keuntungan yang cukup baik,” katanya.

Margam biasa menjual cabai ke Pasar Legi, Solo. Seperti pada Senin lalu, cabai merah besar hasil panenannya laku Rp 20.000 per kilogram (kg). Oleh pedagang eceran di Pasar Legi, cabai tersebut dijual Rp 25.000 per kg, bahkan sempat mencapai Rp 36.000 per kg.

Harga cabai merah keriting dijual Rp 45.000 per kg dan sempat mencapai Rp 50.000 per kg, sedangkan cabai merah keriting super Rp 30.000 per kg. Dalam kondisi normal, harga cabai merah besar hanya Rp 10.000 per kg.

”Kalau harga Rp 10.000 per kg sekadar balik modal. Kalau seperti sekarang, alhamdulillah, petani bisa untung,” katanya.

Tak ikut menikmati

Berbeda dengan petani cabai di Karanganyar yang beruntung, di Kabupaten Brebes, sejumlah petani cabai justru gigit jari. Pada saat harga cabai tinggi seperti sekarang, tanaman cabai mereka banyak yang gagal panen akibat tingginya curah hujan.

Dalam kondisi cuaca tak menentu pada musim tahun ini, biaya produksi yang harus ditanggung petani melonjak. Pasalnya, tanaman cabai mudah terserang hama sehingga butuh banyak pestisida dan fungisida.

Menurut Andit Susilo (30), petani cabai di Desa Lembarawa, jika biasanya selama musim tanam (sekitar tiga bulan) penyemprotan hama penyakit hanya tiga kali, saat ini terpaksa 5-8 kali. ”Untuk lahan 1 hektar, sekali ’mengobati’ bisa Rp 1 juta. Padahal, harga obat antihama saat ini naik terus,” katanya.

Biaya yang dikeluarkan juga lebih mahal, mengingat petani harus menambah biaya tenaga kerja. Dalam kondisi normal, untuk lahan 1 hektar biayanya sekitar Rp 15 juta. Namun, pada musim tanam lalu (September-November), Andit menghabiskan biaya Rp 25 juta.

Biaya yang dikeluarkan itu tak sebanding dengan hasil yang ia dapat yang hanya sekitar Rp 5 juta lantaran cabai panenannya banyak yang busuk. Padahal, saat kondisi normal, produksi cabai bisa mencapai 5 ton per hektar, tetapi saat ini hanya sekitar 2 kuintal per hektar.

”Cabai mahal, tetapi petani malah rugi,” katanya.

Nasib apes juga menimpa sebagian petani cabai di Kabupaten dan Kota Malang, Jawa Timur. Pada saat para petani cabai lain menikmati berkah naiknya harga cabai, mereka justru rugi akibat gagal panen. Akibat kehabisan modal, sebagian di antara mereka bahkan terpaksa mengganti tanaman cabai mereka dengan tanaman lain.

Saptono, petani cabai asal Sumberpucung di Kabupaten Malang, misalnya, kini mengganti tanaman cabainya dengan jagung. ”Ini karena pada Desember lalu saya rugi banyak,” ujar Saptono.

Sebaliknya, Arief Wibowo (27) justru tengah merasakan nikmatnya menjadi petani cabai. Tanaman cabai merah petani asal Tumpang, Kabupaten Malang, ini sedang dalam kondisi bagus dan siap panen persis pada saat harga cabai terus merambat naik. ”Minggu lalu saya menjual cabai Rp 45.000 per kg. Minggu ini dan minggu depan ada kemungkinan harganya naik lagi. Saat ini memang masa-masa manis bagi petani cabai,” ujar Arief, petani yang memiliki lahan seluas 1 hektar itu.

Pedasnya rasa cabai, bagi sebagian petani justru dirasakan manis manakala panen bagus dan harga jual di pasaran tinggi. Juragan cabai menangguk untung, buruh tani pun bisa berharap akan ikut kecipratan rezeki. Sebaliknya, ketika gagal panen, apalagi jika pada saat bersamaan harga cabai anjlok, petani hanya bisa pasrah. Mau apa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar